JMS KABUPATEN BEKASI
Pemuda Batak Bersatu (PBB) pimpinan anak cabang (PAC) Kecamatan Setu Bekasi, mengunjungi kantor Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI) Setu di jalan MT Haryono, disambut baik oleh Bapak Adang Rismanto selaku Ketua PGRI Setu, yang ketepatan hadir juga walau sebentar Bapak Joko Swarno selaku Korwil dinas pendidikan kecamatan Setu.
Hadir pengurus organisasi PBB PAC Setu Bekasi yaitu Maruap Sianturi selaku Ketua, L Siregar selaku penasehat, dan Bapak Pendeta Junet Pardede selaku Kepala Bidang (Kabid) Sosial, Budaya, Agama dan Olahraga (SOSBUDARA).
Dalam pertemuan singkat ini kurang lebih satu jam, Maruap memulai perbincangan tentang pentingnya pendidikan anak sedini mungkin dalam mempersiapkan generasi penerus bangsa. Negara Indonesia yang berasaskan Pancasila sudah sangat baik adanya ideologi yang mengajarkan akhlak menghadapi masyarakat yang pluralisme. Nilai-nilai Pancasila dapat merangkul setiap lapisan kehidupan masyarakat untuk saling menghargai satu sama lain, ungkap Maruap dalam memulai pembicaraan.
Selanjutnya Maruap mengutarakan program PBB kedepannya, agar lebih memperhatikan pendidikan akhlak anak-anak Indonesia sedini mungkin. Dalam hal ini baiklah pengadaan guru Agama dimulai dari pendidikan dasar, baik agama apapun, karena di tempat ibadah masing-masing bukanlah pendidikan tapi ibadah. Contoh di Agama Kristen, disebut sekolah Minggu bukanlah pendidikan, karena yang mengajar atau memimpin anak-anak bukanlah yang memiliki skill dalam mendidik, hanya sebagai pemimpin ibadah. Inilah yang menjadi perhatian khusus PBB PAC Setu Bekasi selaku organisasi sosial, terang Maruap.
Disambut baik oleh Bapak Adang Rismanto selaku Ketua PGRI Setu, saya sangat setuju dengan perbaikan moral dan budi pekerti, dan momen yang sangat tepat, sekarang ini sedang bergulir kurikulum merdeka, yang kembali pendidikan kita ke model Ki Hadjar Dewantara. Memerdekakan anak, membahagiakan, membimbing, mengayomi dan seterusnya.
Kebetulan saya (Adang) salah satu bagian dari guru penggerak nasional, yang membawahi beberapa guru untuk melatih menjadi guru yang menanamkan nilai-nilai Pancasila dalam pembelajaran maupun dalam kehidupan sehari-hari, agar bisa menjadi teladan baik untuk siswa dan masyarakat umum. Semua guru, bukan saja guru Agama yang dilatih dalam penerapan nilai-nilai Pancasila, sehingga dapat menjadi kebhinekaan yang global, menghargai sesama dan toleransi yang mendalam. Sampai saat ini saya melihat di kecamatan Setu ini sudah dapat hidup berdampingan satu sama lain, terang Adang.
Menurut penasehat L Siregar, untuk pengadaan guru Agama Kristen ini, saya rasa boleh orang tua siswa yang mengajukan atau memohon dan disetujui oleh Ketua PGRI Setu, dan diteruskan ke depertemen agama (Depag) bimas Kristen, nanti kita akan menemukan solusi apa yang dapat kita peroleh, pinta Regar yang juga pensiunan guru.
Selanjutnya, L Siregar dalam keterangannya, selama ini yang terjadi adalah pengadaan guru dikirim ke sekolah sekolah oleh Badan Kepegawaian Negara (BKN), agak berbeda dengan yang kita lakukan ini, justru kita yang memohon agar diadakan guru Agama. Memang pernah juga saya temukan raport tanpa nilai agama di sekolah sekitar Cibitung, lalu siswa yang bersangkutan saya tanya, “apakah ada nilai agama dari gereja? Jawabnya ada, nah,, berarti gurunya tidak memasukkan”. Saya selaku pensiunan guru bukan bermaksud menjelekkan, tidak tau apa yang terjadi, apa mungkin kesilapan atau apapun itu, tapi hal seperti ini janganlah terulang lagi di dunia pendidikan kita, pinta Regar.
Dengan antusias Pak Pendeta Junet Pardede memberikan tanggapan, bahwa 15 tahun lalu Pak Juned ternyata sudah pernah melakukan hal yang sama tentang pengadaan guru Agama Kristen ini, waktu itu jawaban yang didapat oleh Pak Juned adalah, tidak ada dana untuk membayar honor, dan juga tidak ada tempat untuk melakukan kegiatan itu (agama). Maka dengan itu adalah kesepakatan bahwa nilai agama Kristen dikeluarkan oleh gereja masing-masing.
Lanjut ketika dalam dialog itu, Pak Juned selaku Pendeta sempat mengajukan diri untuk menjadi tenaga pengajar tanpa honor, asalkan anak-anak dapat pendidikan agama di sekolah, tetap saja tidak dapat terlaksana.
Memberikan nilai oleh gereja seperti ada simalakama jujur Pak Juned, terkadang kita tidak tega karena sesungguhnya anak ini tidak ada nilai kalau dilihat dari karakter, tapi saya sebagai rohaniawan tidak tega yang akhirnya saya berikan nilai. Dan jujur hati nurani tidak terima hal demikian, karena telah memberikan kebohongan dengan nilai yang tidak sebenarnya. Tentu sangat jauh berbeda kalau disekolah dilakukan pendidikan agama, mutlak nilai diberikan dari hasil pelajaran anak, terakhir Pak Juned dengan nada haru.
PBB PAC Setu Bekasi akan melanjutkan komunikasi pengadaan guru Agama ini ke dinas pendidikan kabupaten, kami akan terus berupaya demi menuju Indonesia emas nanti di tahun 2045. Kalau bukan kita siapa lagi, bukan hanya slogan Satu Rasa Satu Jiwa, NKRI harga mati. Tentu organisasi PBB secara keseluruhan mengajak masyarakat untuk bersama-sama membangun negara yang kita cintai ini. Pemuda Batak Bersatu konsisten bersosial tanpa batas menuju Indonesia hebat. [MS – 002]